Yahdiyani Adityas Sugandiputri
Senin, 21 Januari 2019
Selasa, 06 November 2018
Jumat, 13 April 2018
4 Model Struktur Antrian Dasar yang Umum Terjadi dalam Seluruh Sistem Antrian
Antrian adalah deretan orang yang sedang menunggu giliran untuk dilayani. Menurut Siagian (1987), antrian ialah suatu garis tunggu dari nasabah (satuan) yang memerlukan layanan dari satu atau lebih pelayan (fasilitas pelayanan).
Antrian timbul disebabkan oleh kebutuhan akan layanan melebihi kemampuan (kapasitas) pelayanan atau fasilitas layanan, sehingga pengguna fasilitas yang tiba tidak bisa segera mendapat layanan disebabkan kesibukan layanan. Pada banyak hal, tambahan fasilitas pelayanan dapat diberikan untuk mengurangi antrian atau untuk mencegah timbulnya antrian. Akan tetapi biaya karena memberikan pelayanan tambahan, akan menimbulkan pengurangan keuntungan mungkin sampai dibawah tingkat yang dapat diterima. Sebaliknya, sering timbulnya antrian yang panjang akan mengakibatkan hilangnya pelanggan atau nasabah.
Ada 4 (empat) model struktur antrian dasar yang umum terjadi dalam seluruh sistem antrian, yaitu sebagai berikut:
1.) Single Channel - Single Phase
Single Channel berarti hanya ada satu jalur yang memasuki system pelayanan atau ada satu fasilitas pelayanan. Single Phase berarti hanya ada satu pelayanan. Contoh: Matahari Depok Town Square
Matahari Depok Town Square (sumber: dokumen pribadi) |
Matahari Depok Town Square masuk ke dalam Single Channel - Single Phase karena pada saat itu hanya ada satu kasir yang melayani dan hanya ada satu pelayanan yang dilakukan yaitu pembayaran barang belanjaan.
2.) Single Channel - Multi Phase
Istilah Multi Phase menunjukkan ada dua atau lebih pelayanan yang dilaksanakan secara berurutan (dalam phasephase). Contoh: Chatime MargoCity
Chatime MargoCity masuk ke dalam Single Channel - Multi Phase karena hanya ada satu kasir untuk pembayaran sekaligus pemesanan dan ada dua pelayanan yaitu pemesanan sekaligus pembayaran dan pengambilan minuman yang dipesan berada di antrian sebelahnya.
3.) Multi Channel - Single Phase
Sistem Multi Channel - Single Phase terjadi kapan saja di mana ada dua atau lebih fasilitas pelayanan dialiri oleh antrian tunggal. Contoh: Margo XXI Depok
Margo XXI Depok (sumber: dokumen pribadi) |
Margo XXI Depok masuk ke dalam Multi Channel - Single Fase karena ada lebih dari satu loket pembayaran tiket bioskop dan hanya ada satu pelayanan yang dilakukan yaitu pembayaran tiket bioskop.
4.) Multi Channel - Multi Phase
Setiap sistem pada Multi Channel - Multi Phase mempunyai beberapa fasilitas pelayanan pada setiap tahapnya. Contoh: JungleLand Adventure Theme Park Sentul
JungleLand masuk ke dalam Multi Channel - Multi Phase karena ada lebih dari satu loket pembayaran dan ada dua tahapan pelayanan, yaitu antrian pada saat pembelian tiket dan antrian sebelum masuk ke dalamnya.
Referensi:
https://sites.google.com/site/operasiproduksi/teori-antrian
https://irnasianipar.wordpress.com/2014/12/04/pengertian-teori-antrian/
https://sites.google.com/site/operasiproduksi/teori-antrian
https://irnasianipar.wordpress.com/2014/12/04/pengertian-teori-antrian/
Kamis, 22 Maret 2018
Rekayasa Lalu Lintas di pertemuan antara Jalan Kartini, Jalan Boulevard GDC, dan Jalan Raya Citayam
Arus lalu lintas macet di pertemuan antara Jl. Kartini, Jl. Boulevard GDC, dan Jl. Raya Citayam di setiap jam berangkat kerja (sekitar pukul 05.30 hingga pukul 08.00 WIB) dan di setiap jam pulang kerja (sekitar pukul 17.00 hingga pukul 20.00 WIB).
Before |
Kemacetan dikarenakan kendaraan menumpuk tidak beraturan yang disebabkan oleh tidak tertib lalu lintas para pengguna jalan dan kurangnya personil pengaturan jalan di pertigaan. Ada yang dari Jl. Raya Citayam ingin belok kanan langsung ke Jl. Boulevard GDC, ada yang dari Jalan Kartini ingin langsung lurus ke Jl. Raya Citayam, dan ada yang dari Jl. Boulevard GDC ingin langsung ke Jl. Kartini.
Kendaraan menumpuk dari arah Jl. Kartini merupakan ekor dari kemacetan di Jl. Kartini yang mulai terjadi di pertemuan dengan Jl. Margonda dan juga jalan ke Stasiun Depok Lama. Sedangkan kendaraan menumpuk dari arah Jl. Raya Citayam disebabkan adanya penyempitan jembatan Kali Citayam sehingga kendaraan yang melintas di jembatan tersebut harus bergantian.
Pengguna kendaraan sebenarnya berupaya menghindari kemacetan dengan cara mencari jalan tikus, namun pada akhirnya juga bertemu dengan Jl. Kartini yang macet.
Dulu sempat ada rekayasa arus pada pertigaan tersebut, yakni kendaraan yang dari Jl. Kartini ke Jl. Raya Citayam, diputar terlebih dahulu ke turunan Jl. Boulevard GDC. Namun, karena arus dari perumahan GDC memang sudah padat, maka arus dari Jl. Kartini yang diputar ini makin memperpadat kemacetan di pertigaan yang kebetulan posisinya menanjak.
Pengguna kendaraan sebenarnya berupaya menghindari kemacetan dengan cara mencari jalan tikus, namun pada akhirnya juga bertemu dengan Jl. Kartini yang macet.
Dulu sempat ada rekayasa arus pada pertigaan tersebut, yakni kendaraan yang dari Jl. Kartini ke Jl. Raya Citayam, diputar terlebih dahulu ke turunan Jl. Boulevard GDC. Namun, karena arus dari perumahan GDC memang sudah padat, maka arus dari Jl. Kartini yang diputar ini makin memperpadat kemacetan di pertigaan yang kebetulan posisinya menanjak.
After |
Dari permasalahan yang ada, rekayasa lalu lintas yang akan dilakukan adalah dengan dibuatnya pembatas jalan sepanjang Jl. Kartini hingga Jl. Raya Citayam, dan nanti kendaraan yang ingin ke arah Jl. Boulevard GDC dari Jl. Raya Citayam harus putar balik yang akan dibuat khusus untuk putar balik di sekitar Jl. Kartini agar kendaraan tidak menumpuk di pertigaan.
Untuk kendaraan yang dari Jl. Boulevard GDC yang ingin ke Jl. Kartini nantinya akan putar balik dulu di Jl. Citayam yang nantinya akan dibuat khusus untuk putar balik di Jl. Raya Citayam.
Sabtu, 28 Oktober 2017
Jumat, 20 Oktober 2017
Rabu, 18 Januari 2017
Masyarakat Kota dan Masyarakat Desa
(Ilustrasi Desa dan Kota)
Masyarakat Kota adalah masyarakat urban dari berbagai asal atau desa yang bersifat heterogen dan majemuk karena terdiri dari berbagai jenis pekerjaan atau keahlian dan datang dari berbagai ras, etnis, dan agama. Sedangkan Masyarakat Desa adalah masyarakat yang tinggal di suatu kawasan, wilayah, teritorial tertentu yang disebut desa.
Ciri-ciri Masyarakat Kota, yaitu:
- Kehidupan keagamaan yang berkurang. Karena pemikirannya yang rasional.
- Sifat gotong royong yang mulai menurun dan masyarakatnya yang bersifat individual. Karena mereka cenderung dapat mengurus dirinya sendiri dan tidak bergantung pada orang lain.
- Tidak terlalu peduli dengan lingkungan sekitar.
- Kehidupan bersifat non-agraris. Karena pekerjaan menuju kepada spesialisasi keterampilan individu masing-masing.
- Jumlah penduduk yang padat dan bersifat heterogen.
Sedangkan ciri-ciri Masyarakat Desa, yaitu:
- Kehidupan keagamaan yang masih sangat kuat.
- Sifat gotong royong yang masih sangat kuat. Karena masyarakat desa hidup dengan saling tolong menolong
- Sangat peduli terhadap lingkungan. Karena mayoritas masyarakatnya bergantung pada lingkungan untuk kehidupannya.
- Kehidupan bersifat agraris. Karena banyak masyarakat desa yang bermatapencaharian sebagai petani dan nelayan.
- Jumlah penduduk yang tidak terlalu padat dan bersifat homogen.
Kelebihan Masyarakat Kota yaitu, sangat menghargai waktu, berpikiran terbuka, tidak bergantung pada orang lain (mandiri), dan pendidikan merupakan prioritas utama bagi masyarakat kota. Sedangkan kelebihan Masyarakat Desa yaitu, memiliki solidaritas yang tinggi antar masyarakatnya, masyarakat masih memegang teguh adat dan budaya yang ada, masyarakat desa sangat menjaga lingkungan sehingga tidak ada polusi seperti di kota, dan masyarakat desa sangat sopan dan ramah terhadap orang lain.
Kehidupan masyarakat kota lebih berkembang dibandingkan masyarakat desa, karena masyarakat kota memiliki daya saing yang sangat ketat diantara masyarakatnya dan juga karena masyarakat kota memiliki pemikiran yang terbuka dan rasional. Kemungkinan untuk mendapat pekerjaan juga lebih banyak didapatkan oleh masyarakat kota dibanding masyarakat desa. Karena mayoritas pekerjaan masyarakat desa adalah petani dan nelayan. Pekerjaan lainnya hanya bersifat sampingan saja. Meskipun ada pula masyarakat desa yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, TNI, dan lain sebagainya. Namun presentasinya relatif kecil.
Itulah mengapa banyak masyarakat desa yang melakukan urbanisasi (perpindahan dari desa kekota) dengan maksud tujuan ingin hidup lebih baik dan lebih layak lagi dikota. Padahal belum tentu dengan datang ke kota, masyarakat desa mendapat pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik dan layak. Bukankah akan lebih baik jika masyarakat desa tidak melakukan urbanisasi dan tetap didesanya dan sedikit demi sedikit membangun desanya dengan tenaga, waktu, dan pemikiran yang dimiliki masyarakat desa. Dengan begitu, desanya akan sama berkembangnya dengan kota. Jika banyak dari masyarakat desa melakukan urbanisasi, lantas siapa yang akan membangun desa?
Langganan:
Postingan (Atom)